Pekan lalu Arsenal diluluhlantakkan AC Milan 4-0 di leg pertama babak 16 besar yang menggerus harapan bahwa The Gunners masih punya peluang di kompetisi ini. Semalam Chelsea masih lebih beruntung pulang dari Naples dengan away goal meski dalam pertandingan yang dimenangi Napoli 3-1 itu terlihat betapa rentannya permainan The Blues.
Dua tim pemuncak klasemen Premiership, Manchester City dan Manchester United malah harus terjerembap lebih dulu ke Europa League karena tak mampu keluar dari fase grup.
Perdebatan mengenai liga mana yang terhebat sama menghabiskan waktunya dengan perdebatan siapa pemain sepak bola terhebat sepanjang masa, Pele atau Maradona, atau siapa yang lebih seksi, Marilyn Monroe atau Brigitte Bardot.
Masing-masing penggemar klub Inggris, Spanyol, dan Italia akan melayangkan argumen-argumen subjektifnya yang lebih baik tak usah dibantah. Tapi pencapaian klub-klub dari masing-masing negara di Champions League bisa dipakai sebagai parameter sederhana meski tak serta merta sahih dijadikan sebagai ukuran siapa yang lebih digdaya.
Dengan payahnya performa wakil-wakil Inggris di Champions League musim ini, beberapa penggemar Liga Inggris menyampaikan ketakutan bahwa fakta ini akan menggerogoti koefisien Inggris di UEFA yang bisa mengurangi jatah negara tersebut di kompetisi kasta tertinggi Eropa tersebut.
Musim depan kita tahu bahwa Italia hanya akan mengirimkan tiga tim teratas di liganya ke kompetisi kasta tertinggi Eropa setelah poin koefisien UEFA negara tersebut melorot. Apakah posisi Inggris juga rentan ancaman serupa?
Tengok sejenak peringkat koefisien liga UEFA yang bisa Anda akses di uefa.com. Poin-poin yang dikumpulkan masing-masing negara didapatkan dari performa klub-klubnya di Champions League dan Europa League.
Ada poin untuk kemenangan dan seri, lalu poin bonus untuk mencapai setiap babak di masing-masing turnamen. Jumlah poinnya akan dibagi dengan jumlah klub negara tersebut yang berlaga di masing-masing turnamen.
Enam teratas peringkat koefisien UEFA sejauh ini adalah:
1. Inggris 82, 035
2. Spanyol 75, 614
3. Jerman 71, 186
4. Italia 58, 838
5. Prancis 53, 678
6. Portugal 52, 679
Tiga peringkat di atas berhak mengirimkan empat wakil ke Champions League dan tiga yang di bawahnya berhak mengirimkan tiga. Kita bisa melihat bagaimana Inggris nyaman bertengger di atas dan rasanya posisinya tak akan terganggu dengan kegagalan duo Manchester di Champions League musim ini.
Kenapa? Karena poin koefisien UEFA ini tidak dinilai berdasarkan satu musim saja, tapi akumulasi dari musim ini dan empat musim sebelumnya. Kita melihat betapa merajainya klub-klub Inggris di Eropa dalam lima tahun terakhir dan itu adalah modal yang cukup bagi Inggris.
Bila perhitungannya akumulatif, tentu banyak yang penasaran mengapa Italia yang dua musim lalu wakilnya, Internazionale, menjuarai Champions League bisa kalah dalam pengumpulan poin koefisien?
Pertama harus disadari bahwa selain prestasi Inter menjuarai Champions League dua musim lalu, pencapaian Italia tak begitu bagus belakangan di turnamen ini. Keberhasilan AC Milan menjuarai Champions League tahun 2007 tak lagi masuk dalam hitungan karena hanya lima musim terakhir yang diperhitungkan.
Klub Jerman memang tak pernah menang turnamen Eropa apa pun dalam lima tahun terakhir, tapi lawan Inter di final Champions League 2010 itu adalah Bayern Munich dan kemenangan Inter kala itu sangat krusial bagi sepak bola Italia.
Jika Bayern menang, maka koefisien Jerman sudah melejit lebih dulu dan Italia sudah harus bermain dengan tiga wakil di Champions League sejak musim ini.
Faktor pembeda lain yang sering luput dari perhitungan adalah kiprah masing-masing negara di Europa League. Klub-klub Italia sering tak ambil pusing dengan turnamen kasta kedua ini dan berkonsentrasi mengejar zona Champions League di liga domestik.
Musim lalu wakil Italia terakhir, Napoli hanya sampai babak 32 besar, kalah dari Villareal yang mengalahkan satu-satunya wakil Jerman yang tersisa di 16 besar, Bayer Leverkusen. Musim sebelumnya, hanya satu wakil Italia di 16 besar, Juventus yang dikalahkan oleh Fulham.
Jerman menempatkan dua wakil di delapan besar, Wolfsburg dan Hamburg, bahkan klub yang terakhir ini berhasil sampai semifinal.
Musim ketika AC Milan juara tak lagi dihitung dan musim-musim kegelapan Italia di Champions League masuk kalkulasi plus ogah-ogahan-nya klub-klub Italia di Europa League, maka Italia hanya bisa merajuk nasib yang mengharuskan mereka terjatuh di peringkat koefisien FIFA.
Karena sistem akumulasi koefisien inilah maka Italia masih harus berjuang dan menunggu tiga sampai empat musim ke depan untuk bisa kembali merebut peringkat dari Jerman, itu pun dengan catatan klub-klub Jerman tampil mengecewakan di ajang Eropa.
Tapi karena sistem akumulasi yang sama juga maka peringkat Inggris dan jatah empat klub mereka di Champions League relatif aman meski Manchester United tak mampu lolos dari grup yang dihuni oleh FC Basel dan Otelul Galati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar